Provinsi kedua yang akan TENTANG INDONESIA bahas adalah Provinsi Sumatera Utara. Provinsi yang juga disingkat menjadi Sumut ini berada di bagian utara Pulau Sumatera dan merupakan Provinsi yang Multietnis. Tercatat juga bahwa Provinsi Sumatera Utara berada di urutan ke-empat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.
Sejarah Sumatera Utara
Pada zaman kolonial belanda, Sumatera Utara adalah bagian dari pemerintahan Gouvernement van Sumatra yang wilayahnya meliputi seluruh Pulau Sumatra. Menariknya pusat pemerintahan seluruh kepulauan Sumatra ini berada di Kota Medan yang dipimpin seorang Gubenur. Kemudian pada tahun 1948, Provinsi Sumatera dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Di dalam Provinsi Sumatera Utara ini, terdapat pula tiga daerah administratif: Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli.
Sebelumnya, pada tahun 1887, Keresidenan Sumatera Timur pernah menjadikan Medan sebagai ibukota, dan Keresidenan Tapanuli, ibukotanya di Sibolga.
Selanjutnya, pada tanggal 17 desember 1949, Provinsi Sumatera Utara sempat dibagi menjadi dua menjadi Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur. Namun enam tahun kemudian, Pemerintah mencabut ketetapan tersebut dan mengembalikan nama Provinsi Sumatera Utara.
Provinsi Multietnis
Seperti yang sudah diinfokan di awal bahwa Sumatera Utara berada di posisi keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Merupakan provinsi bentuk4d yang multietnis, terdapat delapan etnis utama yaitu Melayu, batak Karo, Batak Toba, Mandailing, Suku Pesisir, Pakpak, Simalungun, dan Nias.
1. Suku Melayu
Di Sumatera Utara, suku melayu bermukim di Pesisir Timur. Mereka tersebar di kabupaten Langkat, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai. Suku Melayu Deli adalah Tuan Rumah dari Medan, Sumatera Utara. Suku Melayu Deli adalah keturunan dari kesultanan DelI yang merupakan salah satu Kerajaan Islam pertama di Indonesia (1632 – 1946). Terdapat dua bangunan islam yang merupakan peninggalan kerajaan Deli, yakni Istana Maimun dan Masjid Al-Osmani. Istana Maimun yang memadukan gaya bangunan Indonesia, Eropa dan Persia, merupakan bukti dari kepemimpinan Sultan Al Rasyid Perkasa Alamsyah.
2. Suku Batak Karo
Suku Karo tersebar di dataran tinggi Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kota Binjai, dan Kota Medan. Berdasarkan cerita lisan turun temurun, leluhur etnis Karo berasal dari India Selatan. Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa ada seorang maharaja dari India yang memiliki seorang panglima sakti bernama Karo.
Suatu hari sang Maharaja hendak mendirikan kerajaan baru di tempat yang baru. Maharaja beserta panglima Karo dan pasukannya, berlayar menyebrangi lautan. Akan tetapi, di tengah perjalanan Panglima Karo dan Miansari, putri dari Maharaja, terdampar di sebuah pulau. Panglima Karo dan Miansari memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pulau Perca yang sekarang disebut Sumatera dan tiba di Belawan. Perjalanan mereka berlanjut sampai akhirnya menetap di kaki Gunung Barus. Karo dan Miansari pun mendirikan Kerajaan haru yang kuat, yang bahkan tidak bisa ditaklukan oleh Majapahit dan Aceh.
3. Suku Batak Toba
Disebut sebagai populasi terbesar suku batak, suku Batak Toba mendominasi Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Humbang hasundutan. Tak hanya itu, banyak dari suku ini juga tersebar secara luas di Kabupaten Simalungun, Diari, Pematangsiangar, Sibolga, Asahan hingga ke kota Medan. Siraja Batak adalah nenek moyang suku Batak. Berdiam di perbukitan yang mengelilingi Danau Toba, terdapat bukit berdinding sulfur bernama Pusuk Buhit atau Puncak Bukit. Di tempat inilah diyakini sebagai tempat mula-mula orang Batak diturunkan.
4. Suku Mandailing
Banyak dari suku Mandailing yang tidak menerima generalisasi kata suku Batak terhadap etnis-nya. Walaupun sebagian dari mereka masih mengakui bahwa mereka adalah bagian dari Suku Batak. Secara histori dikatakan bahwa penjajahan Bangsa Belanda di Sumatera Utara yang membuat Mandailing menjadi bagian dari Suku Batak. Dikatakan juga bahwa Suku Mandailing ada berasal dari Kaum Padri, Minangkabau. Suku ini bermukim di daerah Mandailing Natal dan memeluk ajaran agama islam.
5. Suku Pesisir
Hampir sama seperti Suku Mandailing, Suku Pesisir adalah kelompok perantau yang berasal dari Minangkabau dan berimigasi ke pesisir barat Tapanuli berabad-abad yang lalu. Gelombang selanjutnya adalah rombongan Sultan Ibrahimsyah dari Pesisir Selatan, yang kemudian mendirikan Kesultanan Barus. Sejak abad ke-19, masyarakat Angkola, Mandailing dan Toba pun banyak bermukim di Sorkam, Sibolga dan Barus. Hal ini membuat mereka berasimilasi dengan masyarakat Minangkabau dan pada akhirnya menjadi kelompok masyarakat Pesisir. Bahasa Pesisir pun cukup unik, karena merupakan hasil gabungan dari 3 bahasa, bahasa Mandailing, Minangkabau, dan Melayu.
6. Suku Pakpak
Suku ini adalah salah satu dari empat suku Batak yang bermukim di Tapanuli Utara. Karena mayoritas mereka menetap di Kabupaten Dairi, maka Suku Batak Pakpak juga dikenal dengan sebutan “Pakpak Dairi”. Menurut sejarah, Suku ini juga berasal dari India Selatan yang menetap di Muara Tapus dekat kota Barus.
7. Suku Simalungun
Masih sama seperti suku Batak lainnya, Suku ini juga diyakini berasal dari India Timur dan India Selatan. Mereka yang terdampar di Nusantara menetap di daerah timur danau Toba pada abad ke-5 Masehi. Tempat mereka menetap sekarang disebut Kabupaten Simalungun. Dalam bahasa Karo, “Simalungun” berasal dari kata “Simelungen” yang artinya “daerah sunyi” atau “si sepi”, yang memberikan arti bahwa hidup bermasyarakat mereka dahulu saling berjauhan. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Batak Simalungun yang jampir sama dengan Bahasa Toba dan Bahasa Karo karena Kabupaten Simalungun diapit diantara dua wilayah suku Batak tersebut.
8. Suku Nias
Pulau Nias adalah bagian dari Provinsi Sumatera Utara. Dibuktikan dengan beberapa penemuan arkeologi, Suku Nias di pulau ini diperkirakan sudah ada sejak 700 tahun yang lalu. Penemuan arkeolog yang dimaksud adalah berupa Gua yang disebut Gua Togi Ndrawa yang berarti Gua Orang Asing. Secara kebudayaan, Suku Nias memiliki cukup banyak kemiripan dengan budaya Suku Hoabinh dari Vietnam. Namun setelah dilakukan penelitian genetika pada tahun 2013, Suku Nias digolongkan kedalam rumpun Austronesia. Suku ini diperhitungkan bermigrasi dari Taiwan melewati Kepulauan Filipina hingga tiba di Nusantara. Pada abad ke-15, Kesultanan Aceh sempat menguasai wilayah Nias dan menciptakan akulturasi budaya. Kemudian pada tahun 1688, VOC mendirikan kantor perwakilan dagang di Gunungsitoli.
Saat ini di Pulau Nias terbagi menjadi lima daerah adminitrasi, Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan, dan Kabupaten Nias Barat.
Demikianlah Sumatera Utara merupakan Provinsi yang Multietnis dengan keberagaman kebudayaan yang luar biasa. Provinsi ini menjadi pusat integrasi dari berbagai bahasa dan adat yang menambah kekayaan akan warisan budaya di Nusantara.
Tinggalkan Balasan